Jumat, 21 Maret 2014

SCRIPT

Ini Script Romantis Gua ^_^

http://www.edicot.com/abas.html
divine-music.info
divine-music.info

divine-music.info

Mod Gta

Nah Agan" Kali Ini Saya Bagi Mod Tntang Game Gta ^_^
Terutama Mod Mobil Agan" Pasti Mau kan? :D, Nih saya bagi Mod Mobil Holden Commodore
 

Ini Gan Jgan Lupa Corat Coret Dibawah Biar Romantis Gitu :v kwkwkw

Tragedi 2 tahun lalu terjadi lagi

STM SMEA BENTROK
Source Gorontalo Post!!

Tak Kantongi Izin, Final LPI Dihentikan

GORONTALO – Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Dikbud) kini tak boleh tinggal diam. Pasalnya, aksi tawuran siswa di Gorontalo mulai menjadi-jadi. Buktinya, kemarin (18/3) terjadi lagi tawuran antar siswa SMK Negeri 3 Gorontalo (eks STM) dan SMK Negeri 1 Gorontalo (eks SMEA). 21 siswa terpaksa diamankan Polres Gorontalo untuk meredam tawuran.
Informasi yang dirangkum Gorontalo Post, tawuran yang terjadi kemarin merupakan puncak dari tawuran sehari sebelumnya. Ironinya, pemicu tawuran dua sekolah kejuruan itu yakni pertandingan Liga Pelajar Indonesia dalam rangka memeringati HUT Kota Gorontalo.

Tawuran terjadi sekitar pukul 17:00 wita. Kala itu siswa SMK Negeri 1 Gorontalo usai melakukan laga final di Stadion Merdeka Gorontalo. Dalam laga tersebut, SMK Negeri 1 Gorontalo berhadapan dengan SMA Negeri 1 Gorontalo. Sayangnya baru setengah permainan, tepatnya turun minum babak pertama, laga tersebut dihentikan pihak kepolisian. Hal ini dikarenakan lomba tersebut tidak adanya izin dari kepolisian. Pada saat dihentikan, skor awal SMK Negeri 1 Gorontalo dan SMA Negeri 1 yakni 1-0.

Usai pembubaran pertandingan, masing-masing sekolah kemudian kembali. Dalam perjalanan pulang ke sekolahnya, siswa SMK Negeri 1 Gorontalo melalui sekolah SMK Negeri 3 Gorontalo. Tak disangka, dari luar sekolah sekolompok siswa sudah menunggu. Aksi saling kejar dan saling lempar batu tak terelakkan.

Aksi kejar-kejaran tersebut berlangsung cukup lama tepatnya di depan SMK Negeri 3 Gorontalo. Satu siswa SMK Negeri 1 Gorontalo di duga disandera siswa SMK Negeri 3 Gorontalo. Sampai akhirnya puluhan warga sekitar dan petugas Kepolisian Polres Gorontalo Kota mendatangi lokasi langsung mengamankan kedua siswa. Siswa SMK Negeri 3 Gorontalo digiring ke dalam sekolah. Sementara itu siswa SMK Negeri 1 Gorontalo langsung membubarkan diri.

Ada 21 siswa yang diamankan jajaran Polres Gorontalo Kota. Keseluruh siswa kemudian digiring ke Kantor Polisi. Kabag Ops Polres Gorontalo Kota Kompol Yusuf Affandi kepada awak media menjelaskan kronologi singkat kejadian. Tawuran serupa juga terjadi pada pagi harinya, yakni pada laga serupa pertandingan antara SMP Negeri 6 Gorontalo, dan SMP Negeri 11 Gorontalo. Saat pertandingan SMP Negeri 6 Gorontalo kalah. Maka ketika pulang, SMP Negeri 6 Gorontalo mencegat siswa SMP Negeri 11 Gorontalo. Namun kejadian tersebut berhasil dilerai pihak Kepolisian.

Untuk itulah, pihak kepolisian melakukan pemberhentian pertandingan tersebut. Terlebih, dalam pertandingan tersebut tidak mengantongi izin. Sementara itu, terkait siswa yang saat ini diamankan Polres Gorontalo Kota, saat ini sementara melakukan pendataan terhadap siswa.

“Besok kami harapkan pihak orang tua, dan sekolah yang datang menjemput siswanya,” tegas Kompol Yusuf Affandi.
Sementara itu Pantauan Gorontalo Post, pasca penahanan puluhan orang tua siswa mendatangi Polres Gorontalo Kota. Mereka meminta agar pihak kepolisian segera membebaskan anak-anak mereka. Salah satu orang tua siswa yang enggan namanya dikorankan mengatakan dirinya mengatakan tetap akan bersikeras mengeluarkan anaknya. Pasalnya besok hari (hari ini-red) anaknya harus menjalani UAS (Ujian Akhir Sekolah). Di sisi lain, pasca tawuran suasana SMK Negeri 3 Gorontalo nampak sepi. Hanya ada beberapa motor siswa yang terparkir sembarangan di halaman sekolah.

Final LPI
Sementara itu informasi yang dirangkum Gorontalo Post penghentian LPI Gorontalo selain tak mengantongi izin keramaian juga karena faktor keamanan. Laga yang digelar di Stadion Merdeka Kota Gorontalo, Selasa (18/3) pukul 15.00 Wita itu awalnya berlangsung aman. Meski antusias kedua sporter begitu besar kala menyaksikan tim kesayangannya bertanding pada partai final. Bahkan beberapa kali pihak pengawas pertandingan meminta untuk menghentikan pertandingan karena suara-suara dukungan sporter yang memberikan yel-yel kurang enak didengar. Bukan hanya itu, kata-kata kotor pun terlontak dari suara para sporter. “Wasit hentikan pertandingan. Untuk drum band yang ada di atas segera diturunkan. Dan sporter tolong jangan membuat kekacauan dengan mengeluarkan kata-kata makian,” ujar Jumadin Ishak, pengawas pertandingan.

Ketika kick off babak kedua dibunyikan, pihak kepolisian dari Polres Gorontalo Kota yang pimpin langsung Kabag Ops, Polres Kota Gorontalo, Kompol. Yusuf langsung menghentikan pertandingan melalui panitia dan pengawas pertandingan. Tanpa berbuat banyak, panitia pun langsung menghentikan laga tersebut.

Menurut Kabag Ops Kompol Yusuf bahwa ada tiga faktor penting dihentikannya laga final tersebut. Yakni panitia tidak memiliki izin keramaian, mengantisipasi kejadian-kejadi
an yang tidak diinginkan saat pertandingan maupun usai pertandingan dan paling penting saat ini kondisi dalam masa kampanye yang begitu panas. Sehingga mudah untuk terjadinya situasi yang membahayakan.

“Kita lihat beberapa waktu lalu pernah tejadi kericuhan. Nah, kami selaku pengamanan sudah meminta kepada pemerintahan daerah untuk dapat mengurus izin keramaian, namun sampai saat inipun izin itu tidak pernah diurus. Bahkan pada kericuhan beberapa waktu lalu itu, tidak ada yang mau tanggung jawab atas kejadian tersebut. Sehingga ini alasan kita untuk menghentikan pertandingan hari ini,” ujar Kompol.Yusuf kepada Gorontalo Post, kemarin.

Kompol Yusuf pun tidak memungkiri bahwa pihak panitia sudah memberitahukan adanya pertandingan tersebut melalui surat pemberitahuaan. Namun menurutnya itu belum cukup untuk dapat menjamin keamanan pertandingan tersebut. Ditambah suasana kampanye saat ini, potensi kericuhan itu bisa terjadi. Sehingga pihaknya akan menunggu sampai suasana Gorontalo memang dalam kondisi aman untuk melanjutkan pertandingan tersebut.

Di tempat yang sama, pengawas pertandingan LPI tingkat Kota Gorontalo Jumadi Ishak yang dikonfirmasi mengatakan kekecewaannya terhadap tindakan kepolisian dari Polres Gorontalo Kota. Pasalnya kemarin merupakan babak final untuk meloloskan salah satu tim sampai ke tingkat Provinsi Gorontalo. “Mengapa tidak sejak hari pertama LPI ini digelar, Polisi menghentikannya. Kenapa nanti sudah final begini,” kata Jumadi Ishak dengan raut kecewa.

Menurutnya LPI tersebut merupakan program Nasional dalam membina potensi-potensi muda untuk sepakbola di Gorontalo. Bahkan dari pemantauannya, laga kemarin tidak berpotensi akan terjadinya kericuhan. Sebab guru maupun panitia sudah mengambil posisi untuk dapat menangani siswanya masing-masing. Sehingga tindakan kepolisian dinilai tidak tepat untuk menghentikan pertandingan tersebut. “Ini bukan pertandingan profesional yang harus dihentikan. Apalagi permasalahannya karena izin, selama enam tahun kita menggelar LPI ini, kami memang tidak pernah meminta izin, melainkan pemberitahuaan kepada pihak kepolisian maupun pihak Pemerintah Kota. Dan itu diketahui langsung oleh Sekretaris Daerah (Sekda) kota Gorontalo. Karena beliau yang tanda tangan langsung pemberitahuaan itu. Nah, selama itupun tidak pernah diberhentikan seperti saat ini,” jelas Jumadin. Untuk kelanjutan finalnya sendiri, Jumadin selaku pengawas pertandingan masih akan kembali berkoordinasi dengan pihak pemerintah Kota Gorontalo untuk melanjutkan final tersebut. (nat/tr-20)